My Dream


Sudah lebih dari 2 tahun, aku mendoakannya.
Jauh di dasar hatiku, aku merindukannya. Dan kali ini, ia ada di depan mataku.

Tahun lalu, aku mencoba apply ke sebuah Seminary yang jauh di sana, di US. Alasannya, dari sejak awal aku memang ingin sekolah di sana. Aku minta dikirim buletin dari mereka. Aku bolak-balik membuka laman web mereka. Membaca kurikulumnya. Mencari kemungkinan-kemungkinan aplikasi beasiswa. Dan bermimpi bahwa suatu saat ke sana.

Tetapi ternyata impianku gagal karena ternyata aku tak cukup punya persiapan dari TOEFL hingga scholarship yang sulit didapatkan, juga faktor biaya yang sangat mahal. Awalnya aku pikir dengan apply scholarship dan coba cari donatur dari kolega atau gereja pemberi beasiswa mungkin bisa mewujudkan impian itu. Tetapi ternyata tak semudah yang dibayangkan. Dan aku memutuskan untuk give up bermimpi ke sana. Mungkin tidak saat ini, mungkin lain waktu (hati kecilku berkata untuk menghiburkan). Aku telah 'failed'.

Awal tahun ini, aku mencoba untuk apply ke sebuah sekolah kecil di Singapore tentang misi. 5 tahun yang lalu aku pernah ke sana mampir di guest housenya. Awalnya sekolah ini kupandang sebelah mata (mohon maaf kalau aku jujur apa adanya dengan perasaanku). Mungkin karena secara fisik sekolahnya sangat biasa, dia juga bukan seperti sekolah formal yang dimiliki oleh universitas atau seminary lain. Sangat sederhana.

Tetapi apa yang tiba-tiba mengubah paradigmaku adalah ketika aku melihat tentang kurikulumnya dan penekanannya pada misi. Dan aku sadar bahwa itu yang aku cari selama ini. Konteks Asia juga menjadi fokus, kurikulum yang integratif antara misi dengan pendalaman Alkitab, training misi di lapangan, internship di lembaga atau gereja selama study. Aku seperti menemukan sebuah jalan yang memang aku benar-benar ingin tuju. Tengah tahun ini jika lolos mungkin akan sekolah di sana.

Beberapa pengalaman seperti melihat sebuah klinik kecil di sebuah desa terpencil beberapa minggu yang lalu, juga membekas diingatanku gambaran tentang pelayanan misi kepada masyarakat. Dan interestku memang sangat besar ke sana.

Aku bercerita tentang "My Dream".. dan ini mungkin hanya sebuah mimpi dari seorang anak manusia, anak desa. Dulu banget, aku pernah bermimpi untuk membangun sebuah klinik atau fasilitas kesehatan di desa terpencil. Klinik ini untuk orang-orang yang tidak mampu dan memberi pelayanan medis yang kualitasnya baik. Butuh memikirkan konsep secara matang jika akan mewujudkannya. Dan, aku bukan dokter. Latar belakangku arsitek, pengalamanku hanya terlibat dalam pelayanan kristen selama beberapa tahun. Kami pernah dan sedang merintis sebuah pelayanan medis ke desa-desa dengan beberapa teman dokter, namun hanya sebatas pengobatan gratis bagi warga desa yang membutuhkan.

Mungkin suatu saat kelak, entah kapan, dengan jejaring dan potensi yang ada, bersama dengan orang-orang yang memiliki beban yang sama merintis apa yang menjadi "dream" tersebut. Bukan hanya klinik, mungkin juga RS dan sekolah-sekolah yang berkualitas, yang jelas kualitas 'asin-nya' dan 'terang-nya'.

Ah, bermimpi itu memang enak. Yang susah adalah mewujudkannya atau menemukan mimpi itu menjadi kenyataan. Sebenarnya, itulah pekerjaannya seorang arsitek. Tugas seorang arsitek adalah mengubah mimpi menjadi kenyataan lewat konsep, garis, bidang, ruang, estetika, bentuk, struktur, fungsi, detail, dll. Tapi kali ini bukan arsitek bangunan. Tetapi arsitek 'yang lain'. Arsitek 'misi'. Arsitek 'jiwa'. Arsitek 'pelayanan'.

Apa yang bisa anda lakukan ketika membaca tulisan ini?
1. Please not to forward this page on your fb, twitter, etc :)
2. Please take time to pray for this dream (my study planning, etc)
3. Please become a 'missionary' on your own context (on your daily job, ministry, church, etc)

Apakah ini hanya sekedar sebuah mimpi? Aku juga tak tahu pasti...

Thanks, and blessings!

Postingan populer dari blog ini

Mempersiapkan dan Menyusun Khotbah/Renungan

Jalan Keselamatan

Doa Agur Amsal 30:7-9