Eksposisi Kisah 11:19-30
Persekutuan sebagai Gerakan yang Transformatif
(Kisah
11:19-30)
Antiokhia di zaman Kisah Para Rasul
Kota Antiokhia terletak di bagian utara Siria,
merupakan kota terbesar nomor tiga di kerajaan Roma setelah kota Roma dan
Alexandria. Populasinya pada masa itu sekitar 300 ribu jiwa, dan Antiokhia juga
merupakan kota tempat kedudukan administrasi Roma di provinsi Siria. Sejumlah
besar orang Yahudi tinggal di sana. Kota ini juga dipengaruhi kuat oleh
penyembahan berhala. 5 mil dari kota ini terdapat kota Daphne yang memiliki
kuil prostitusi penyembahan dewa. Antiokhia juga merupakan kota komersial, dan
kosmopolitan pada masa itu.
Kota ini merupakan kota tempat kelahiran “Gereja Gentiles”
(gereja internasional, bangsa-bangsa non Yahudi). Di perikop yang akan kita
bahas, Kisah 11:19-30, kita melihat secara lebih dekat pembentukan gereja yang
terbuka untuk segala bangsa ini. Di tempat ini pulalah Saulus (Paulus) berlatih
melayani, mengajar dan dipersiapkan, di mana di masa kedepan dia disebut
sebagai rasul yang memberitakan Injil bagi orang-orang non-Yahudi. Pada titik
perikop ini, gereja mulai mengembangkan sayapnya khususnya kepada orang-orang
bukan Yahudi. Ribuan tahun kemudian Injil itu juga menjangkau kita (the Gentiles, orang-orang bukan
Yahudi) di generasi dan zaman kita pada masa kini.
Ciri Persekutuan yang Transformatif, belajar dari
jemaat mula-mula di Antiokhia:
1. Semangat Penginjilan kepada semua orang (19-21)
a. Penginjilan
yang tidak terhenti walaupun ada penganiayaan
·
Penginjilan oleh para
penginjil perintis yang tidak disebut namanya (19-20)
b. Penginjilan
di tempat-tempat baru, namun masih kepada orang-orang Yahudi
·
Penginjil-penginjil
ini adalah orang-orang Kristen biasa yang
memberitakan Injil ketika mereka tersebar ke tempat-tempat baru akibat
penganiayaan kepada orang percaya
c.
Penginjilan dirintis kepada orang-orang non Yahudi di Antiokhia
2. Model Kepemimpinan yang Dinamis (22-24)
a.
Kepemimpinan kolektif
jemaat di Yerusalem dalam memutuskan hal yang penting bagi perkembangan jemaat
b.
Salah satu model kepemimpinan:
Barnabas
·
Nama aslinya Yusuf. Di beri nama Barnabas
oleh rasul-rasul, yang berarti : “anak penghiburan”. Ia seorang Lewi dari
Siprus, ia menjual ladang miliknya lalu membawa uangnya dan meletakkannya di
depan kaki rasul-rasul. (Kisah 4:36-37)
·
Ia dipercaya jemaat di Yerusalem
untuk diutus melihat kondisi orang percaya di Antiokhia
·
Ia bersukacita melihat kasih
karunia Allah bagi jemaat “Gentiles” (non Yahudi) di Antiokhia
·
Ia menasihati mereka supaya tetap
setia dan tekun
·
Ia memiliki kualitas sebagai
seorang yang baik, penuh dengan Roh Kudus dan iman
·
Ia membawa sejumlah orang kepada Tuhan
·
Ia bekerjasama dalam tim,
membentuk tim. Ia menempuh perjalanan kurang lebih 100 mil untuk merekrut
Paulus bekerjasama dengannya membangun Jemaat Antiokhia (25-26)
·
Ia tinggal di tengah jemaat
(memberi waktunya) selama 1 tahun dan mengajar di sana; jemaat Antiokhialah
yang pertama kali di sebut “Kristen”,
karena mereka memiliki kualitas tertentu sebagai pengikut Kristus
3. Pemuridan yang Transformatif (25-26)
a.
Pemuridan Barnabas kepada Saulus
·
Latar belakang Saulus,
pertobatannya (Kisah 9:1-31) :
o
Karena diancam dibunuh
akibat pertobatan dan kesaksiannya, Saulus harus melarikan diri dari Damsyik ke
Yerusalem (Kis 9:19-25)
o
Di Yerusalem Saulus tidak
dipercayai sebagai salah satu murid oleh murid-murid yang lain. Barnabas
menerima Saulus dan memperkenalkannya kepada rasul-rasul sehingga mereka
menerima dia (Kis 9:26-28)
o
Saulus harus “dipulangkan”
kembali ke Tarsus karena orang-orang Yahudi di Yerusalem berusaha membunuh dia
(Kis 9:29-30)
·
Barnabas merekrut Saulus,
menjemputnya di Tarsus, dan membawanya kembali untuk membantu pelayanan
perintisan jemaat Antiokhia (Kis 11:25-26)
·
Barnabas dan Saulus di
Kisah 13:1-3 diutus (ditumpangkan tangan, didoakan) oleh para pemimpin jemaat
Antiokhia untuk melakukan misi khusus Allah. Sejak saat itu Barnabas dan Saulus
memulai pelayanan misi mereka dari kota ke kota, di sepanjang kitab Kisah Para
Rasul.
b.
Pemuridan Barnabas dan Saulus kepada jemaat Antiokhia
·
Barnabas dan Saulus
bersama-sama mengajar jemaat “Gentiles” ini selama 1 tahun, dan murid-murid ini
untuk pertama kalinya disebut oleh orang luar sebagai “orang Kristen”- pengikut
Kristus.
c.
Pengajaran Alkitab sebagai pondasi dasar (Bible movement)
·
Menggali apa yang
dikatakan oleh Alkitab tentang iman Kristen, khususnya bagi keselamatan bagi
orang-orang non Yahudi
4. Misi yang Antisipatif dan Terinisiatif (27-30)
a.
Ketaatan jemaat baru ini pada pimpinan Roh Kudus (karunia nubuat)
b.
Kepekaan dan inisiatif untuk pelayanan misi (melihat kebutuhan)
c.
Semangat Partnership dalam misi
o
Semangat kesatuan sebagai
tubuh Kristus, saling tolong menolong, memberi kontribusi, membantu satu dengan
yang lain. Jemaat Yerusalem : mayoritas Yahudi, jemaat Antiokhia: mayoritas non
Yahudi. Melampaui batas-batas perbedaan rasial, cultural dan pemisahan
geografis.
o
Saling memberi dan
menerima bantuan (jemaat kota Antiokhia dan jemaat provinsi Yudea)
Pertanyaan Refleksi (Penutup):
1. Bagaimana semangat penginjilan di PMK
Kampusku? Adakah PMK Kampus mengerjakan amanat agung penginjilan itu dari
generasi ke generasi kepengurusan?
2. Bagaimana dengan semangat mempelajari
Alkitab? Apakah PMK Kampusku memprioritaskan pengajaran dalam
kegiatankegiatannya?
3. Bagaimana pola kepemimpinan dan
pemuridan di PMK Kampus? Apakah KTB-KTB sebagai wadah pengkaderan berjalan?
4. Apakah antar PMK Kampus saling
bekerja sama satu dengan lain dalam kegiatan misi? Adakah PMK Kampus saling
berpartner dalam membangun satu dengan yang lainnya?
5. Maukah anda sebagai pengurus untuk
memperjuangkan prinsip-prinsip Firman Tuhan di atas agar terjadi di PMK
Kampusmu?
Selamat Melayani! Tuhan Yesus memberkati!
Daftar Pustaka:
1.
Fernando, Ajith., The NIV Application
Commentary on Acts, (Grand Rapids: Zondervan Publishing House, 1998),
p. 347-359
2.
Gaukroger, Stephen, “Discover Acts”, The adventure of
the early church, (Nottingham: Intervarsity Press, 2013), p.98-100