Tujuan Hidup


"Sekalipun aku juga ada alasan untuk menaruh percaya pada hal-hal lahiriah. Jika ada orang lain menyangka dapat menaruh percaya pada hal-hal lahiriah, aku lebih lagi:"

Siapa yang tidak bangga dengan "hal-hal lahiriah"? Natur manusia pasti bangga dengan apa yang secara lahiriah ada pada dirinya, entah status, kekayaan, pengetahuan, jabatan, kompetensi, skill, kegiatan/aktivitas, keturunan yang baik, keturunan kaya, keturunan darah biru, dll. Ya, semua ingin memiliki nilai plus dalam dirinya.
Bahkan semua orang berlomba-lomba untuk mendapatkannya. Berlomba untuk dapat jabatan, kedudukan, kekayaan, harta benda, kekuasaan, otoritas, dll. Banyak orang menghabiskan hampir seluruh waktu hidupnya untuk itu. Ada yang mengorbankan segalanya demi kekuasaan dan jabatan. Ada yang saling menginjak dan mendorong demi sebuah kesempatan. Seakan itulah tujuan hidup manusia, disitu manusia menemukan arti dirinya. Di dalam hal-hal lahiriah itu seakan dirinya menjadi lebih berarti.

Paulus memiliki cara pandang yang berbeda tentang hidupnya. Ia punya kualitas yang excellent itu! Ia punya semua persyaratan untuk tampil sebagai pemimpin Israel. Kualitas itu bahkan sangat jarang ditemukan pada pemuda Israel pada zamannya. Paulus memiliki semua kebanggaan sebagai seorang Ibrani asli:

"disunat pada hari kedelapan, dari bangsa Israel, dari suku Benyamin, orang Ibrani asli, tentang pendirian terhadap hukum Taurat aku orang Farisi, tentang kegiatan aku penganiaya jemaat, tentang kebenaran dalam mentaati hukum Taurat aku tidak bercacat." 

Jika digambarkan dengan konteks kita sekarang mungkin ia akan berkata : Ia lahir dari keturunan bangsawan, dari bayi sudah mengikuti aturan hidup priyayi, nenek moyangnya pemimpin bangsa, bahkan raja pernah lahir dari nenek moyangnya, ia juga terdidik, sekolah di sekolah terbaik dunia. Mungkin setara dengan Harvard atau Cambridge zaman sekarang, dengan bimbingan profesor-profesor ternama yang terbaik di muka bumi dalam bidangnya. Ia juga seorang pemimpin, aktivis yang handal, pemimpin terkemuka dalam hal-hal terpopuler di zamannya. Dia seorang yang amat mengerti hukum dan taat hukum. Dia seorang yang sangat cerdas. Tidak bercacat terhadap hukum yang berlaku, bahkan ia menguasai semua pasal-pasal yang terkait dengan hukum itu. Dia punya akses dengan pemimpin negeri untuk mendapatkan apa yang ia perjuangkan. Secara warga negara, dia juga punya dua kewarganegaraan. Di zaman sekarang seumpama punya hak sebagai warga negara Eropa atau Amerika, ada di tangannya. PERFECTO!

Tapi bagaimana ia melihat hal itu setelah mengenal Kristus?

"Tetapi apa yang dahulu merupakan keuntungan bagiku, sekarang kuanggap rugi karena Kristus. Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia dari pada semuanya."

WOW..
"But whatever things were assets to me, these I now consider a loss for the sake of Christ" (ISV).
"But those things which were profit to me, I gave up for Christ." (BBE)

"These things that I once considered valuable, I now consider worthless for Christ." 

(GW)  



Apa yang menurut orang di zamannya "Klimaks", malah ia anggap sebagai "anti klimaks". Ia menganggap semua yang tadinya asset berharga yang ada padanya adalah sebuah "kerusakan", "kerugian" demi Kristus.
Tujuan hidupnya berubah. Dari mengutamakan dan memperjuangkan habis-habisan semua hal tadi, menjadi mengutamakan dan mengejar sepenuhnya pengenalan akan Kristus.
Memang benar apa yang pernah Yesus katakan di Injil:


 "Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan nyawanya? Dan apakah yang dapat diberikannya sebagai ganti nyawanya?" Mat16:26


Jika karena mengejar kekayaan, jabatan, kehormatan, harta benda, pendidikan, otoritas, kemuliaan, tetapi harus kehilangan Kristus, APALAH ARTI SEMUANYA? Semua yang dikejar selama ini akan hilang, lenyap tidak bisa dibawa hingga ke liang kubur. Semua yang bersifat "materi" ini, bersifat "daging" ini, bersifat "hal-hal lahiriah" ini, akan lenyap sekejap mata, dan kita akan kehilangan segalanya yang sudah diperjuangkan habis-habisan selama ini. Lebih parah lagi, ketika kehilangan semuanya, kehilangan Kristus, kehilangan pula nyawanya dan tidak beroleh hidup kekal di dalam Dia. Betapa celakanya! Celaka tiga belas!

Itulah sebabnya Paulus tidak mau menggantikan Kristus dengan hal-hal lahiriah itu.
 "Yea doubtless, and I count all things but loss for the excellency of the knowledge of Christ Jesus my Lord: " (KJV)
"What is more, I continue to consider all these things as a loss for the sake of the surpassing value of knowing Christ Jesus my Lord." (ISV)
"It's far more than that! I consider everything else worthless because I'm much better off knowing Christ Jesus my Lord. " (GW)


"for the excellency  of the knowledge of Christ" Paulus rela kehilangan semuanya yang telah ia bangun selama ini. Karena pengenalan akan Kristus jauh lebih mulia daripada semua itu.

Aku merenungkan beberapa waktu ini. Aku merenungkan tentang bagaimana aku menilai nilai sebuah barang dan uang. Aku sadar kadang aku tidak bisa menilai harga barang dengan baik. Waktu pergi ke sebuah mini market, kubandingkan harga sebuah produk yang sama, tetapi beda perusahaan. Ternyata nilai dari barang itu rata-rata sama, hanya beda tipis beberapa rupiah. Ya, itulah nilai harga barang itu.
Bagaimana cara aku menghargai nilai "pengenalan akan Kristus"? Adakah aku menilai harganya lebih mulia daripada "hal-hal lahiriah" yang ada di dalam hidupku? Ataukah bagiku justru terbalik: harga "hal-hal lahiriah itu" jauh lebih berharga daripada pengenalan akan Kristus? Jika demikian, maka aku benar-benar tidak bisa menilai barang. Jika begitu, aku tidak bisa membedakan mana benda yang sangat mahal dan mulia, dengan mana yang hanya sampah.

Mari kita simak bagaimana Paulus bahkan menganggap semuanya itu sampah....

"Oleh karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah, supaya aku memperoleh Kristus, dan berada dalam Dia bukan dengan kebenaranku sendiri karena mentaati hukum Taurat, melainkan dengan kebenaran karena kepercayaan kepada Kristus, yaitu kebenaran yang Allah anugerahkan berdasarkan kepercayaan."

Mengagetkan bagiku ketika kutelusuri arti kata "sampah" dalam tulisan Paulus bisa berarti beberapa hal:


  • Skubalon : what is thrown to the dogs, that is, refuse (ordure): - dung.
  • Skubalon : 1) any refuse, as the excrement of animals, offscourings, rubbish, dregs
        • 1a) of things worthless and detestable


WOW..
dia betul-betul menganggapnya sampah.. "thrown to the dogs", "dung", bahkan "any refuse, as the excrement of animals"

Fiuw.. sebegitunyakah Paulus melihat hal-hal yang berkilau dulu (sebelum pertobatannya) di matanya? 

memang jika dibandingkan dengan : "the excellency of the knowledge of Christ", segalanya menjadi tak berarti. 

Tapi kita patut menyadari juga, bahwa Paulus berbicara demikian karena ada latar belakangnya. Banyak pengajar-pengajar palsu yang menyesatkan jemaat dengan berbagai aturan dan adat istiadat lahiriah, yang menggeser pengenalan akan Kristus sebagai yang utama.

"Hati-hatilah terhadap anjing-anjing, hati-hatilah terhadap pekerja-pekerja yang jahat, hati-hatilah terhadap penyunat-penyunat yang palsu, karena kitalah orang-orang bersunat, yang beribadah oleh Roh Allah, dan bermegah dalam Kristus Yesus dan tidak menaruh percaya pada hal-hal lahiriah. " Fil 3:2-3  


Hal-hal lahiriah apa yang menggeser posisi Kristus sebagai yang terutama dalam hidupmu?

  • Kekayaan?
  • Prestise keluarga?
  • Pendidikan, pengetahuan yang tinggi?
  • Kekuasaan, jabatan?
  • Hawa nafsu dunia?
  • Karakter duniawi?
Banyak yang mengajarkan hanya berkat, kenyamanan dan kesuksesan dalam mengikut Kristus. Mengutamakan hal-hal lahiriah. Atau segala aturan-aturan dan hukum yang mengikat dan membelenggu sehingga seseorang tidak bisa lagi menikmati relasinya dengan Tuhan. Mengutamakan hal-hal lahiriah. Atau ada juga yang menempuh jalan lain : melupakan Tuhan, menjadi atheis dan tidak percaya bahwa Tuhan itu ada. Atheis percaya bahwa semua yang ada di dunia, semua hal-hal materil yang ada di dunia terjadi dengan sendirinya, tanpa campur tangan Tuhan. Atheis sangat percaya pada hal-hal lahiriah yang tampak di depan matanya. Padahal hal-hal lahiriah itu tidak kekal dan suatu saat akan musnah dan layu.

Banyak juga yang mengejar hal-hal lahiriah itu sebagai tanda kesuksesannya. Kesuksesan gereja juga. Jemaat yang banyak, keuangan gereja yang baik, gedung gereja yang indah dan megah, persembahan yang masuk, dll. Bukankah itu juga hal-hal lahiriah yang menjadi tolak ukur? Pendeta juga dinilai dari pendidikannya (doktor, ph.D, dll) tetapi lupa akan pertanyaan mendasar "apakah pengenalan akan Kristus menjadi yang utama baginya? Seberapapun strata pendidikan yang sudah ditempuhnya". Bahkan juga kita sangat bergantung pada mujizat-mujizat untuk percaya pada Tuhan. Bagaimana seandainya mujizat tidak ada, masihkah kita percaya pada-Nya? Bagaimana seandainya kita jatuh menderita dan jauh dari sukses, masihkah kita menyembah-Nya?

Jangan mengandalkan hal-hal lahiriah, itu pesan Paulus. Jangan menggantikan Kristus dengan hal-hal lahiriah itu. Jangan menukarkan pengenalan akan Kristus dengan kesuksesan dan kemuliaan dunia yang semu. 

Inilah yang menjadi tujuan hidup Paulus. Secara sederhana, ia mengarahkan dirinya untuk belajar dari SALIB dan KEBANGKITAN-NYA.


Yang kukehendaki ialah mengenal Dia dan kuasa kebangkitan-Nya dan persekutuan dalam penderitaan-Nya, di mana aku menjadi serupa dengan Dia dalam kematian-Nya
supaya aku akhirnya beroleh kebangkitan dari antara orang mati. 
(Php 3:10-11)

"That I may know him, and the power of his resurrection, and the fellowship of his sufferings, being made conformable unto his death
If by any means I might attain unto the resurrection of the dead. "
(Php 3:10-11) KJV

  • Mengenal Dia
  • Kuasa kebangkitan-Nya
  • Persekutuan dalam penderitaan-Nya
  • Serupa dalam kematian-Nya
  • Kebangkitan dari antara orang mati
Adakah kita memiliki kerinduan yang sama seperti Paulus? Bersekutu dengan penderitaan dan kematian-Nya?

Banyak orang yang bersedia bersekutu dengan kemuliaan Kristus, tetapi sedikit yang berpikir untuk bersekutu dengan penderitaan dan kematian-Nya di kayu salib!
Banyak orang yang menginginkan mahkota kemuliaan dan tahta dari Kristus, tetapi sedikit yang menginginkan duri tajam, cambuk dan paku yang tertancap di tangan dan kaki!

Banyak orang yang bersuara nyaring memuji Dia di tengah kerumunan banyak orang dan berseru "Hosanna! Hosanna! Hosanna bagi Raja!".. tetapi banyak juga orang yang sama berseru "Salibkan Dia! Salibkan Dia!" meskipun tidak ditemukan satu alasanpun yang layak membuat Dia disalibkan.

Banyak orang yang memakai jubah kebesaran baik jubah pendeta, jubah hakim, jubah dokter KRISTEN, tetapi tidak menunjukkan nilai-nilai "the excellency of the knowledge of Christ" itu dalam hidup keseharian dan pekerjaannya.

Beryukur ada SALIB! Yang merenungkan Dia yang disalib membuat kita hancur segala congkak dan sombong kita. 

Mari kita berlari seperti Paulus:
"Bukan seolah-olah aku telah memperoleh hal ini atau telah sempurna, melainkan aku mengejarnya, kalau-kalau aku dapat juga menangkapnya, karena akupun telah ditangkap oleh Kristus Yesus. Saudara-saudara, aku sendiri tidak menganggap, bahwa aku telah menangkapnya, tetapi ini yang kulakukan: 

aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku, dan berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan sorgawi dari Allah dalam Kristus Yesus. "
(Php 3:12-14)

Selamat berubah! Mencari ""the excellency of the knowledge of Christ" dalam perjalanan hidup kedepan. Karena Kristuslah yang menciptakan kita dalam rancangan-Nya, supaya kita anak-anak-Nya mengikuti jejak-Nya di Golgota, dan beroleh kebangkitan dari kematian bersama Dia, hidup bersama Dia.

RUN FOR THE EXCELLENCY OF THE KNOWLEDGE OF CHRIST

Postingan populer dari blog ini

Mempersiapkan dan Menyusun Khotbah/Renungan

Jalan Keselamatan

Doa Agur Amsal 30:7-9