Remembering Good Friday part 1

Merenungkan tentang DIA yang terpaku di kayu salib PART 1..


Ia diludahi, dihina, ditinju dan dipukul...
 Lalu mulailah beberapa orang meludahi Dia dan menutupi muka-Nya dan meninju-Nya sambil berkata kepada-Nya: "Hai nabi, cobalah terka!" Malah para pengawalpun memukul Dia. (Mark 14:64)

Pernahkah engkau menyaksikan seseorang yang diludahi? Bagaimana perasaanmu? Inilah tindakan yang mereka lakukan kepada Yesus. Beberapa orang.. bukan hanya satu orang yang meludahi Dia. Betapa mengerikannya. Itulah permulaan tindakan tercela fisik yang mereka lakukan kepada Yesus.

Kemudian mereka menutupi muka-Nya dan meninju-Nya. Betapa menyedihkannya. Mereka mempermainkan Dia dan mengejek-Nya "Hai nabi, coba terka!"... mereka yang disebut imam-imam kepala, tua-tua dan ahli Taurat, memperlakukan Dia seperti itu. Para pengawal Bait Sucipun ikut memukul Dia.

Seorang murid terdekat-Nya tiga kali menyangkal-Nya..
Tetapi Petrus menyangkalnya pula. Tidak lama kemudian orang-orang yang ada di situ berkata juga kepada Petrus: "Engkau ini pasti salah seorang dari mereka, apalagi engkau seorang Galilea!"
Maka mulailah Petrus mengutuk dan bersumpah: "Aku tidak kenal orang yang kamu sebut-sebut ini!" Mar 14:70-71

Mencari rasa aman, menyelamatkan diri, dengan cara apapun termasuk menyangkal adalah jalan yang sering ditempuh untuk lepas dari rasa malu dan bahaya. Ya, menyangkal menjadi hal yang termudah dilakukan ditengah keterdesakan dan keterpojokkan atau bahaya yang mengancam. Tetapi menyangkali-Nya?

Terbayang tatapan lembut dan tajam Sang Guru  yang menusuk ke hati Petrus. Guru dan Tuhannya yang diludahi, dipukul, ditinju dan dihina itu menatap ke arah sang murid yang menyangkal mengenal-Nya.

Apakah aku malu dengan keadaan-Nya yang seperti itu? Dan menyangkal mengenal-Nya ketika keadaan-Nya tampak sangat rendah?

Teringat satu peristiwa waktu aku kecil yang juga memalukan bagiku. Ketika pulang sekolah aku mengajak beberapa teman ke rumah. Di rumah aku memperkenalkan mereka dengan papah. Papah baru saja pulang dari kebun dengan pakaiannya yang sangat sederhana dan lusuh karena baru berkebun. rasanya malu di depan teman-teman memperkenalkannya sebagai ayahku. Tetapi ia tetap ayahku, yang kesehariannya adalah seorang dosen dan seorang yang telah mengajar nilai-nilai kekristen itu bagi anak-anak-nya, seberapapun aku malu atas penampilan 'lusuh'nya waktu itu.

Petrus adalah salah satu murid terdekat dan kepercayaan Gurunya. Ia juga yang dengan lantang berkata  "Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!" (Mat 16:16). Namun saat itu ia melihat Guru yang diludahi banyak orang, diejek, ditinju dan dipukul. Darah pasti menetes di wajah-Nya akibat tinjuan dan pukulan yang keras. Akankah pada saat yang sama Petrus memanggil Dia "Mesias, Anak Allah yang hidup"?
Dia lebih memilih 3 kali menyangkal-Nya dan berkata "Aku tidak kenal orang yang kamu sebut-sebut ini!"

Bukan karena manusia, tetapi karena Roh-Nya, itulah yang terjadi pada Petrus. Jika hanya dirinya sebagai manusia, Petrus menyangkal-Nya, karena itu adalah natur manusia berdosanya yang mencari keselamatan diri sendiri.
Tetapi Petrus yang sama, yang telah dipulihkan, dikuduskan dan dibaharui oleh Roh Kudus berkhotbah dan bersaksi tentang Pribadi yang sama kepada 3000 lebih orang beberapa waktu setelah peristiwa salib "Jadi seluruh kaum Israel harus tahu dengan pasti, bahwa Allah telah membuat Yesus, yang kamu salibkan itu, menjadi Tuhan dan Kristus." Kis 2:36.


Malu akan keadaan-Nya yang diludahi, dihina, ditinju dan dipukul atau kondisi-Nya yang tidak seperti yang kita harapkan bisa menjadi salah satu alasan kita menyangkal-Nya.

Kadang-kadang kita juga diajak untuk ikut serta bersama Dia dalam kehinaan salib.. seperti yang dialami Paulus ketika di penjara..
"Itulah sebabnya aku menderita semuanya ini, tetapi aku tidak malu; karena aku tahu kepada siapa aku percaya dan aku yakin bahwa Dia berkuasa memeliharakan apa yang telah dipercayakan-Nya kepadaku hingga pada hari Tuhan." 2Ti_1:12



Kondisi Paulus secara manusiawi saat itu sangatlah memalukan. Siapa yang tidak malu jika di penjara, bahkan di rantai dan dianggal kriminal? Tetapi Paulus tidak malu..karena aku tahu kepada siapa aku percaya dan aku yakin bahwa Dia berkuasa memeliharakan apa yang telah dipercayakan-Nya kepadaku hingga pada hari Tuhan.. II Tim 1:12
Ia seorang ibrani asli. Hebrew of Hebrews. Mendapat pengajaran di bawah Gamaliel, seorang prof kitab suci yang hebat, ia seorang Farisi yang terhormat, penganiaya jemaat yang sangat diandalkan, masa depannya perfect! Tetapi setelah bertemu Kristus, dipulihkan, semuanya itu ia anggap sampah! Tetapi Kristus adalah menjadi segala-galanya bagi dia. Bahkan ketika harus mengalami penjara, kelaparan, belenggu, pukulan, lemparan batu, ia tidak malu akan Kristus yang ia percaya.  Ia tidak malu akan keadaan apapun yang menimpa dia karena imannya pada Kristus. That's amazing!

Hal apa yang membuat aku malu ketika menjadi pengikut Kristus?

Kadang aku malu karena aku harus menjadi miskin dan tidak punya apa-apa dibanding orang lain akibat keputusan yang aku pilih. Kadang sangat mudah di awal ketika mengatakan, Tuhan semua ini adalah milikmu, apa yang aku punya, karir, masa depan, kesempatan dan aku ingin melayani Engkau meskipun harus kehilangan semua. Ketika kehilangan itu mulai terasa satu persatu, tampaknya aku juga belum siap untuk menerima kondisiku. Wow, semuanya perlahan lenyap dan tidak ada yang tersisa.. lalu? Ketika sebuah proses "emptying" itu hadir, aku kebingungan dan secara tidak sadar berteriak.. Tuhan, mengapa jadi seperti ini?

Masih belum mengalami seperti yang Tuhan Yesus alami : diludahi, ditinju, dipukul, dibelenggu, dicambuk dan mati disalib, berdarah, luka, bilur, ejekan, hinaan, cacian, perlakuan tidak pantas, betul-betul direndahkan, menjadi "empty", 

"yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib." (Php 2:6-8)

Masih belum mengalami seperti yang Paulus alami, meninggalkan semuanya, mengikut Yesus, didera, dicambuk, dipenjara, dihina, didebat, ditinggalkan setengah mati di jalan, diusir, dipukul.. Ia tidak malu atas apa yang terjadi pada dirinya. Ia bersukacita dalam kehinaan dan penderitaannya.
"Sekarang aku bersukacita bahwa aku boleh menderita karena kamu, dan menggenapkan dalam dagingku apa yang kurang pada penderitaan Kristus, untuk tubuh-Nya, yaitu jemaat." Kol 1:24  

Apakah aku melihat apa yang terjadi pada diriku ketika aku mengikut Tuhan adalah sesuatu yang memalukan? Atau aku menerima itu sebagai sebuah keuntungan dan sukacita? Apakah aku menerima kondisiku sebagai seorang murid meskipun dalam kondisi yang hina secara dunia? 
Ketika aku harus berbeda dari orang lain karena keyakinanku akan Kristus, akankah aku malu? atau supaya aman akankah aku menyangkal Dia dan berkata bahwa aku tidak mengenal-Nya?

Aku harus menerima kenyataan bahwa mengikut Tuhan itu akan mengalami masa-masa "emptying" yang seperti itu. masa-masa dimana aku akan jatuh ke level yang paling bawah karena imanku pada-Nya, dan di sana akanlah tampak bagaimana imanku pada-Nya. Aku tidak mungkin menutupi dan menyangkali keadaan bahwa akan ada saat-saat yang seperti itu. Atau mengikut Yesus itu memang harus seperti itu! Seberapa kuatpun aku menolaknya, atau menutupinya, atau mencoba untuk membuatnya seakan baik dan bisa kompromi dengan dunia, semakin aku menjauh dari Dia yang Sejati.

Seakan Ia menatapku dengan tatapan yang sama seperti tatapan-Nya pada Petrus yang menyangkali-Nya 3 kali, yang hanya akan membuatku tertunduk karena tidak tahan akan tatapan mata yang menusuk ke relung hatiku orang berdosa. Manusia berdosa yang hanya ingin sesuatu yang tampak baik, berkilau, sempurna, tidak bersedia menerima hal yang tampak rusak, kotor, penuh air ludah, pukulan, hinaan, tinjuan, cambuk, bilur, luka, rasa sakit, nyeri, hujaman kengerian pada seluruh tubuh yang dipukul dan memikul salib yang berat.

Tatapan mata itu menusuk jauh ke kedalaman hatiku. Menyadarkanku betapa seringnya aku menyangkal Dia, dengan menolak keadaan-Nya yang menderita dan sakit di kayu salib.  Betapa sering aku menolak penderitaan ketika aku mengikut Dia. Lebih memilih berdiam dalam rasa amanku yang semu, menghindari konflik, menghindari kesulitan, menghindari perbedaan dengan memilih untuk menyangkal Dia, menyangkal kehadiran-Nya, menyangkal penderitaan-Nya. Maafkan aku Tuhan. Aku lebih sering memilih ada dalam posisi aman, daripada memikul salib dan mengikut jejak-Mu.

Siapakah yang akan memisahkan kita dari kasih Kristus? Penindasan atau kesesakan atau penganiayaan, atau kelaparan atau ketelanjangan, atau bahaya, atau pedang?
(Rom 8:35)
Sebab aku yakin, bahwa baik maut, maupun hidup, baik malaikat-malaikat, maupun pemerintah-pemerintah, baik yang ada sekarang, maupun yang akan datang, atau kuasa-kuasa, baik yang di atas, maupun yang di bawah, ataupun sesuatu makhluk lain, tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.  
(Rom 8:38-39)
 - Rasul Paulus-

Selamat Paskah!

Naomi Fortuna

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mempersiapkan dan Menyusun Khotbah/Renungan

Doa Agur Amsal 30:7-9

Jalan Keselamatan