My Story
Aku menjadi orang Kristen dari kecil. Kedua orang tuaku Kristen, dan papahku mengajarkan nilai-nilai Kristen dalam keluarga kami. Tetapi semua itu tidak secara otomatis membuat aku mengerti apa arti menjadi Kristen. Aku pergi ke gereja bersama kedua orangtuaku, sekolah minggu, doa bersama dengan keluarga ketika natal dan tahun baru, semua tidak pernah menjelaskan secara spesifik, mengapa aku menjadi Kristen.
Jika mengingat dari mana awalnya, aku teringat peristiwa-peristiwa yang membawaku untuk memflash back ulang hidupku.
Yang pertama masa kanak-kanakku.
Ada peristiwa-peristiwa baik maupun yang buruk terjadi di masa kanak-kanak. kenangan itu membekas dan menjadi fondasi dasar kepribadianku hingga saat ini. Perlindungan yang aman dari kedua orangtua yang hampir tidak pernah kusaksikan bertengkar membuatku sadar bahwa itu memberikan fondasi yang aman bagi pembentukan diriku di masa kecil. Penghargaan dari orang tua juga memberi ruang untuk berkembang secara intelektual.
Peristiwa buruk yang terjadi yang kuingat adalah terkait dengan kondisi lingkungan diluar keluarga, orang-orang yang melakukan tindakan yang merugikan orang lain sehingga membekas di hati, dll.
Masa kanak-kanak kami adalah masa penuh kreasi, membuat sesuatu, bermain dengan berbagai jenis permainan lokal yang menggembirakan.
Tetapi keyakinan akan Tuhan bagiku saat itu bukanlah sesuatu yang penting dan perlu di fahami.
Masa Remaja
Remaja adalah masaku untuk eksplorasi diri. Ikut kepramukaan secara aktif membuatku sangat senang dengan organisasi. Berorganisasi secara teratur, memecahkan sandi-sandi, membangun tenda, memasak di perkemahan, dan bernyanyi dengan teman-teman menjadi hal yang menantang dan memberi ruang untuk penerimaan. Ada banyak pengalaman baru ketika berkemah, berlomba dalam lomba-lomba regu, baris berbaris, ujian naik tingkat pramuka, belajar menembak, jurit malam di hutan dan taman makan pahlawan, menghiasi masa-masa itu dengan tawa dan canda masa remaja dengan teman2 lainnya.
Terlibat dalam ibadah remaja di gereja dan menjadi salah satu bagian dalam pengurus remaja gerejapun pada masa itu tak memberi perubahan dalam diri untuk memahami mengapa aku menjadi Kristen.
Suatu masa tiba..
Kami ada 7 bersaudara. Pada saat aku SMP, keempat kakakku sekolah di Jawa (kuliah dan SMA di sana). Satu kali ketika libur, seorang kakak cewek pulang ke rumah. Aku tertegun melihat perubahan hidupnya. Ada sesuatu yang berubah. Dulu dia amat nakal, tetapi dia berubah menjadi amat baik. Dia membersihkan rumah, mengajarkan aku saat teduh, bahkan bercerita sebelum kami tidur, tentang cerita Yesus yang menyelamatkan orang berdosa .
Aku terkagum dengan apa yang ia bagikan. bahkan di diaryku, kutulis salah satu alasan aku berdoa agar bisa sekolah di Salatiga adalah supaya bisa saat teduh bersama dia.
Sampai tiba masa-masa sulit dalam keluarga kami...
Menjelang aku menyelesaikan SMP itu, secara mendadak dan sangat cepat papah dipanggil Tuhan. mungkin ada sekitar 6 bulan sejak dia divonis dokter sakit dan rawat inap di RS. Aku ingat malam itu kakakku yang tertua memberitahukan kepadaku sambil menangis kalau penyakit papah termasuk parah dan kritis. dan aku teringat bahwa air mataku membasahi bantal dimana aku membenamkan wajahku disana. Dan di bulan Februari tahun itu, papah dipanggil Tuhan. Perubahan ini terjadi secara drastis dalam keluarga. Kami kehilangan kepala keluarga sekaligus penopang keluarga yang paling kuat selama ini. Salah satu pesan papah yang terakhir, adalah bahwa aku dan saudara kembarku harus sekolah di Salatiga untuk mendapatkan pendidikan Kristen yang baik.
Moment di sebuah kamp
beberapa bulan kemudian, setelah lulus dari SMP, aku melanjutkan sekolah di Salatiga. Sebuah kota kecil dan dingin. Dengan biaya yang cukup pas mamah mengirimkan uang bagi kami setiap bulannya. Kakakku perempuan mengenalkanku pada komunitas persekutuan. disitu aku bertumbuh mengenal Tuhan. Di persekutuan inilah aku mulai mengerti apa arti berjalan bersama Kristus. Di dalam komunitas ini aku menemukan apa arti menjadi Kristen. Di dalam komunitas ini aku mengalami masa pertobatan dan kelahiran kembali, suatu masa perubahan hidup yang sangat berharga dalam hidupku. Ketertarikanku pada Alkitab semakin besar, ada banyak hikmat yang kutemukan di sana.
to be continued...
Jika mengingat dari mana awalnya, aku teringat peristiwa-peristiwa yang membawaku untuk memflash back ulang hidupku.
Yang pertama masa kanak-kanakku.
Ada peristiwa-peristiwa baik maupun yang buruk terjadi di masa kanak-kanak. kenangan itu membekas dan menjadi fondasi dasar kepribadianku hingga saat ini. Perlindungan yang aman dari kedua orangtua yang hampir tidak pernah kusaksikan bertengkar membuatku sadar bahwa itu memberikan fondasi yang aman bagi pembentukan diriku di masa kecil. Penghargaan dari orang tua juga memberi ruang untuk berkembang secara intelektual.
Peristiwa buruk yang terjadi yang kuingat adalah terkait dengan kondisi lingkungan diluar keluarga, orang-orang yang melakukan tindakan yang merugikan orang lain sehingga membekas di hati, dll.
Masa kanak-kanak kami adalah masa penuh kreasi, membuat sesuatu, bermain dengan berbagai jenis permainan lokal yang menggembirakan.
Tetapi keyakinan akan Tuhan bagiku saat itu bukanlah sesuatu yang penting dan perlu di fahami.
Masa Remaja
Remaja adalah masaku untuk eksplorasi diri. Ikut kepramukaan secara aktif membuatku sangat senang dengan organisasi. Berorganisasi secara teratur, memecahkan sandi-sandi, membangun tenda, memasak di perkemahan, dan bernyanyi dengan teman-teman menjadi hal yang menantang dan memberi ruang untuk penerimaan. Ada banyak pengalaman baru ketika berkemah, berlomba dalam lomba-lomba regu, baris berbaris, ujian naik tingkat pramuka, belajar menembak, jurit malam di hutan dan taman makan pahlawan, menghiasi masa-masa itu dengan tawa dan canda masa remaja dengan teman2 lainnya.
Terlibat dalam ibadah remaja di gereja dan menjadi salah satu bagian dalam pengurus remaja gerejapun pada masa itu tak memberi perubahan dalam diri untuk memahami mengapa aku menjadi Kristen.
Suatu masa tiba..
Kami ada 7 bersaudara. Pada saat aku SMP, keempat kakakku sekolah di Jawa (kuliah dan SMA di sana). Satu kali ketika libur, seorang kakak cewek pulang ke rumah. Aku tertegun melihat perubahan hidupnya. Ada sesuatu yang berubah. Dulu dia amat nakal, tetapi dia berubah menjadi amat baik. Dia membersihkan rumah, mengajarkan aku saat teduh, bahkan bercerita sebelum kami tidur, tentang cerita Yesus yang menyelamatkan orang berdosa .
Aku terkagum dengan apa yang ia bagikan. bahkan di diaryku, kutulis salah satu alasan aku berdoa agar bisa sekolah di Salatiga adalah supaya bisa saat teduh bersama dia.
Sampai tiba masa-masa sulit dalam keluarga kami...
Menjelang aku menyelesaikan SMP itu, secara mendadak dan sangat cepat papah dipanggil Tuhan. mungkin ada sekitar 6 bulan sejak dia divonis dokter sakit dan rawat inap di RS. Aku ingat malam itu kakakku yang tertua memberitahukan kepadaku sambil menangis kalau penyakit papah termasuk parah dan kritis. dan aku teringat bahwa air mataku membasahi bantal dimana aku membenamkan wajahku disana. Dan di bulan Februari tahun itu, papah dipanggil Tuhan. Perubahan ini terjadi secara drastis dalam keluarga. Kami kehilangan kepala keluarga sekaligus penopang keluarga yang paling kuat selama ini. Salah satu pesan papah yang terakhir, adalah bahwa aku dan saudara kembarku harus sekolah di Salatiga untuk mendapatkan pendidikan Kristen yang baik.
Moment di sebuah kamp
beberapa bulan kemudian, setelah lulus dari SMP, aku melanjutkan sekolah di Salatiga. Sebuah kota kecil dan dingin. Dengan biaya yang cukup pas mamah mengirimkan uang bagi kami setiap bulannya. Kakakku perempuan mengenalkanku pada komunitas persekutuan. disitu aku bertumbuh mengenal Tuhan. Di persekutuan inilah aku mulai mengerti apa arti berjalan bersama Kristus. Di dalam komunitas ini aku menemukan apa arti menjadi Kristen. Di dalam komunitas ini aku mengalami masa pertobatan dan kelahiran kembali, suatu masa perubahan hidup yang sangat berharga dalam hidupku. Ketertarikanku pada Alkitab semakin besar, ada banyak hikmat yang kutemukan di sana.
to be continued...