Hari ke 5

Mengakhiri hari ke 5, ada banyak hal yang sudah terjadi. Mulai dari giliran menghidupkan lampu, cara mencuci piring dan mengembalikan semua barang yang digunakan.. yah, semua seakan cepat berlalu.

Kemarin rekan yang akan menjadi room mateku datang berkunjung bersama orang tuanya. Namanya Sherlyne. Dia seorang Singaporean, masih muda, cantik dan sangat ramah. Sangat senang berkenalan dengan dia. Semoga bisa menjadi sahabat baik, bisa bercerita banyak tentang Singapore dan bisa menjadi rekan yang saling membantu dalam studi di sini.

Kemarin juga ada medical check up di salah satu klinik dan lab radiologi di sini. Aku lagi terserang flu dan cukup menderita karenanya. Dan aku harus X Ray ulang karena medical check up ku yang dulu terlalu awal dan kemungkinan besar tidak bisa digunakan lagi untuk proses di ICA. Aku takut kalau terjadi apa-apa karena batukku yang cukup parah kemarin. Tapi setahuku sudah 2 kali aku X Ray dan hasilnya selalu baik, tidak ada gejala TB, dll...

Ada peristiwa unik yang terjadi ketika ke klinik. Pak George mengantarkanku ke klinik. Klinik ini terletak di sebuah mall kecil di suatu tempat yang cukup jauh dari tempat aku tinggal. ketika naik lift, aku bertemu dengan beberapa orang yang membuatku terkesan, karena ibu cantik tersebut menahan (tekan tombol hold) lift sampai kami masuk, dan juga melakukan demikian ketika kami keluar. Aku tersenyum padanya sebagai ucapan terima kasih dan dia pun mengangguk dengan senyum.

Ketika masuk ke klinik, diperiksa tinggi badan, berat badan. Lalu harus membayar 40 SGD untuk pemeriksaan darah (HIV). Lalu aku masuk ke ruang dokter. Betapa terkejutnya aku karena dokter yang kutemui di dalam adalah ibu cantik yang ada di lift itu :) she said "we have met on the lift ya?".. ya, ternyata dokternya dia. Lalu darahku diambil dengan suntik... aku harus menunggu hasilnya sekitar 4 hari lagi..
dan kamipun beranjak dari tempat itu menuju ke Orchard Road untuk X Ray di sebuah klinik yang berbeda.

Di klinik yang satu ini juga cukup berbeda. mereka agak tergesa memeriksaku... aku bahkan tidak mengenali yang mana yang dokter, yang mana yang suster. Mungkin seorang ibu agak tua yang agak pendek dan memakai jas putih itu dokternya... dan harus bayar lagi sekitar 16 SGD.. again ha..harus mengeluarkan uang lagi yang cukup mahal di sini.

Menderitanya karena terasa kalau aku terserang flu. Batukku kembali kambuh, dan kalau malam dan pagi kembali harus menderita dengan dahak yang keluar sedikit tapi membuat gatal tenggorokan. Untung aku bawa obat dari Indo, sudah disiapkan oleh seorang dokter yang baik, dr. Dewi. Dan sore ini, aku merasa baikan, selain istirahat dan makan yang banyak.. thanks for the 'Demacoline"..

Pagi tadi acaranya hanya pergi ke taman dengan keluarga Antok. Belanja sedikit roti dan sambal ABC untuk mengobat rasa rindu dengan Indonesia.. "cintailah produk-produk Indonesia"... Besok Minggu, Bi-Hay, the cooker, tidak akan masak dan aku akan makan di luar. so, siap-siap untuk jalan-jalan dan makan-makan besok minggu ya..

Soal pendanaan studi. Aku berharap bisa cukup biaya studinya. Aku belum menukar uang rupiahku, juga masih ada beberapa lagi di tabungan yang belum ditukar rupiah.. pertengahan Juli semua biaya kuliah harus segera dibayar ke tempat studiku... dan aku belum kontak rekan-rekanku di Indonesia apakah mereka sudah mengirim dana studi tersebut atau belum.

Biaya hidup di sini sangat mahal. Bisa 2-3 kali lipat dari di Indonesia, apalagi Jogja. Karena semua dalam bentuk SGD, jadi agak sulit menerka mahal tidaknya (harus dikurskan dulu ke rupiah)... tadi beli roti seharga 1.25 SGD (sekitar 10 ribu), dan sambal ABC sekitar 2.sekian SGD (sekitar 18 ribu)... belanja di toko dengan uang 5 dollar mungkin hanya dapat 1-2 item.. kalau di Indonesia, di pasar apalagi belanja dengan uang segitu sudah bisa dapat beberapa item sayur, telur, dst.. Betapa murah dan merdekanya tinggal di Indonesia.

Aku sangat berharap nanti bisa dijelaskan tentang banyak hal oleh Sherlyne, teman sekamarku.. aku ingin mengenal lebih jauh tentang Singapura. Negara yang sangat teratur. I said to Weng Yee, Singapura is not like a country in ASEAN.. it's too clean, systematic, while other countries in ASEAN are too crowded and not systematic (like Jakarta..:)..

Begitu dulu sharingku tentang hari ke 5.. senang bisa berbagi cerita.. dan aku akan cerita lagi tentang banyak hal nanti setelah ini.. nantikan cerita-ceritaku ya.. Gbu!

Fona

Postingan populer dari blog ini

Mempersiapkan dan Menyusun Khotbah/Renungan

Jalan Keselamatan

Doa Agur Amsal 30:7-9