Singleness

Hari ini aku sendiri..

Merenungkan kembali tentang hidup dan bagaimana aku menjalani hidup sebagai seorang single.
Mungkin kerinduan untuk melayani Tuhan selama ini membuatku lupa akan keadaanku sebagai seorang single. Kedekatan dengan teman-teman di persekutuan, aktivitas dan kesibukan menutupi semua kesepian yang pernah ada dan membuatku kadang berpikir semua sudah cukup.

Hari ini aku merenungkan satu kalimat yang seakan terngiang di pikiranku dan membuatku menitikkan air mata.. "Apakah Aku tidak cukup bagimu?".

Entah kenapa, aku menangis ketika kalimat itu terngiang di pikiranku. Ya, Tuhan... Engkau cukup bagiku. Namun kadang kebutuhanku sebagai manusia tidak dapat kuhilangkan. Kekuranganku ada di depan mataku. Dan aku selalu butuh orang lain untuk menolongku bertumbuh. Dan mungkin aku terlalu bergantung pada orang lain untuk bertumbuh.Sometimes, orang lain, lingkungan, semuanya menjadi segala-galanya bagiku, melebihi kebutuhanku akan Engkau.

Tetapi untuk hidup sebagai single? ah tampaknya menjadi jalan yang gelap bagiku untuk menapakinya. jalan yang asing dan tak kukenal, jalan yang jauh di lubuk hatiku aku tak ingin menapakinya. Semua orang butuh companion dalam hidup.. dan companion terbaik adalah pasangan hidupnya.

Hari ini entah kenapa aku terpikir tentang kemungkinan untuk menjalani kehidupan single kedepan  agar bisa fokus pada pekerjaan pelayanan.Seakan memahami apa yang dipikirkan Yefta ketika ia bernazar bahwa orang pertama yang ia lihat ketika pulang perang akan dipersembahkan bagi Tuhan. Dan orang pertama yang menyambutnya adalah anak perempuannya. Yefta taat (tidak mundur) memenuhi nazarnya dan mempersembahkan anak perempuannya bagi Tuhan.

Menjadi 'single' bagi Tuhan adalah satu hal yang aku pikirkan di hari ini. Seorang pembicara hari ini juga berbicara tentang "choice" di dalam waktu menjalani hidup. Konsekwensi dari sebuah choices, harga yang harus dibayar ketika menjalani choices yg kita pilih. Entah akan berakibat pada kekurangan waktu untuk satu hal atau tidak mendapatkan hal yang lama kita inginkan. Semua ada konsekwensinya dan kita harus siap menjalani konsekwensi dari keputusan kita.

Aku masih belum tahu, apakah aku akan memasuki jalan sempit kesendirian, keterasingan ketika akan menjadi single. Itu adalah hal yang sangat aku takutkan. Dan tidak pernah terbayangkan menjalaninya dalam hidup. Jadi teringat tentang Mother Theresa ketika ia mengalami masa padang gurun kegersangan rohani yang luar biasa di hidupnya melalui surat-suratnya kepada sahabatnya. Jalan salib yang satu ini memang berat dan luar biasa sukar menanggungnya. Tetapi bukankah Tuhan kita juga mengalami kesendirian dan perasaan ditinggalkan di sana di atas kayu salib?

Ah, aku tidak tahu.. I don't know... simply don't know. I can not comprehend it.

If there is a calling, there is a door to get in... there is a interlude time to pause and ponder before get in.. And when you choose to get in, you must know the consequences, and you are willing to take the yoke on your shoulder..

The only reason for me to if I enter singleness is only one : JESUS.
 

Gbu,

Fona









Postingan populer dari blog ini

Mempersiapkan dan Menyusun Khotbah/Renungan

Jalan Keselamatan

Doa Agur Amsal 30:7-9