Ringkasan kuliah dan Refleksiku tentang Homiletics
"Homelitics is the field of study focusing on the preparation and delivery of sermon"
Berapa sering kita mendengar khotbah dalam seminggu? Minimal satu kali, ketika kita ke gereja bukan? Betapa seringnya kita menganggap biasa khotbah di gereja dan menganggapnya hanya sebagai sebuah informasi atau pengetahuan. Melalui tulisan ini saya mencoba melihat kembali betapa pentingnya arti sebuah khotbah, dan betapa pentingnya seorang pengkhotbah mempersiapkan dirinya memberitakan Firman Tuhan.
Yang pertama yang aku pelajari tentang Homelitics (ilmu tentang Khotbah) hari ini adalah bahwa khotbah yang baik adalah Biblical Preaching. Artinya khotbah tersebut menjelaskan dan menerapkan apa yang ada dalam Alkitab. Khotbah yang berdasar pada alkitablah yang kita sebut sebagai khotbah yang sejati (II Tim 4:2; Neh 8:8).
Pemberitaan Firman Tuhan yang sejati selalu berangkat dari kebenaran Alkitab, mengeksposisikan kebenaran yang ada di dalam Alkitab. John Stott mengatakan bahwa pemberitaan Firman secara ekspositori adalah pemberitaan Firman yang sejati, dimana pemberitaannya akan mengacu pada isi dari Firman yang diberitakan lebih daripada hanya sekedar style-nya.
Refleksiku tentang pernyataan di atas adalah, begitu sering Firman yang diberitakan di atas mimbar gereja tidak secara jelas mengeksposisikan tentang kebenaran yang ada di dalam teks Firman Tuhan. Terlebih lagi jika berbicara bahwa seorang pengkhotbah adalah seseorang yang membawakan berita "Firman Allah" bagi jemaat. Maka seharusnya kita berpikir bahwa seorang pengkhotbah tidak memberitakan apa yang ia pikirkan tentang teks, tetapi mencari apa yang Tuhan ingin bicarakan dengan jemaat-Nya.
Mengeksposisikan Firman Tuhan artinya membawa keluar apa yang ada di dalam teks Alkitab dan mengeksposenya supaya orang lain bisa melihat kebenarannya. Tentunya eksposisi Firman Tuhan bukanlah berbentuk essay tentang agama, atau paper tentang exegetical atau sebuah commentary dari teks.
1. Allah telah Berbicara
Dalam khotbah, pengkhotbah memberi kesaksian tentang apa yang Allah telah nyatakan tentang Diri-Nya. Berkhotbah adalah sebuah eksposisi dari apa yang Allah katakan dan lakukan.
Ada tiga bentuk penting berkaitan dengan khotbah:
1. Yesus Kristus: Firman yang dinyatakan dan menjadi daging
2. Alkitab : Firman yang ditulis
3. Preaching : Firman yang diberitakan
Kata Khotbah (bahasa Inggris : "preach") berasal dari bahasa Yunani "kerusso"- artinya : proclaim, herald. Juga "kerygma"-that which is preached; the gospel. Pemberitaan Firman adalah tugas, kita berbicara dari Allah dan untuk Allah (II Tim 4:2).
Thomson dalam A Listener's Guide to Preaching menyatakan :
2. Berkhotbah adalah God's Event (peristiwa ilahi)
Tujuan central dari berkhotbah adalah mengungkapkan tentang Allah melalui Firman. Paul S. Wilson dalam the Practice of Preaching mengatakan : "Preaching is an event of encounter with God that leaves the congregation with stronger faith and deeper commitment to doing God's work"
Berkhotbah bukan hanya sekedar "kata-kata". Khotbah adalah sebuah peristiwa. Kata "word" dalam bahasa Ibrani dabar menyatakan tentang God's word as action, Is 55:11. Khotbah adalah salah satu media di mana Allah bekerja, sebuah jalan di mana Ia melakukan pekerjaan keselamatan (redemptive acitivity).
3. Roh Allah yang memberi iluminasi
Firman dan Roh bekerja secara bersama-sama. Yoh 17:17--"your word is truth". I John 5:6b "The Spirit is the truth".
Dalam I Tes 1:4, juga dinyatakan bahwa Injil diberitakan bukan hanya melalui kata-kata saja tetapi dengan kekuatan Roh Allah. The medium is the message (Mc Luhan)
4. Khotbah adalah kebenaran yang termediasi melalui personality (Philips Brooks).
Pesan yang disampaikan dan pemberitaannya adalah hal yang tidak bisa dipisahkan. Pengkhotbah merepresentasikan Kristus dan berbicara dengan otoritas Kristus kepada jemaat-Nya.
5. Preaching as an oral event
"Every sermon is not the word of God, but every sermon is the possibility of the word of God"
Berkhotbah adalah kombinasi dari eksposisi, kesaksian, penghiburan/penguatan, pengajaran,--- tidak bisa di kurangi setiap bagiannya atau ditotal dari setiap kombinasi jumlah setiap bagiannya.
My Reflection:
Melihat tugas seorang pengkhotbah sebagai Messanger of God atau Ambassador of God, menyadari betapa pentingnya tugas seorang pembawa Firman. Bukan hanya penting persiapan pribadinya secara pengetahuan tentang Firman, tetapi juga persiapan kehidupannya secara menyeluruh sebagai kesaksian terhadap Firman itu sendiri.
Pertanyaan yang muncul dalam pemikiran adalah jika demikian tugas seorang pengkhotbah, lalu apakah yang diberitakan tiap minggunya di atas mimbar adalah Firman Allah? Apakah hidup sang pemberita Firman itu sendiri sesuai dengan Firman yang diberitakannya? Apakah sang pemberita Firman sungguh-sungguh mendengar apa yang menjadi isi hati Allah dan menyampaikannya kepada jemaat? Ataukah apa yang disampaikannya hanyalah uraian theologis berdasarkan pengetahuan manusia saja?
Jika mengingat apa yang dikatakan Pemazmur bahwa "Firman-Mu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku", seharusnya Firman Tuhan menjadi sentral dari aktivitas gereja. Firman Tuhan menjadi sentral atas setiap keputusan yang diambil gereja, juga terhadap arah dan kehidupan jemaat sebagai umat Tuhan di tengah dunia.
Melalui tulisan ini, semoga sang pembaca menjadi lebih tersadar betapa pentingnya menyampaikan Firman Tuhan kepada jemaat khususnya melalui khotbah. Bagi pemberita Firman, kita diingatkan betapa pentingnya mempersiapkan Firman Tuhan, mendengar suara-Nya di dalam Firman, mencari kehendak-Nya yang ingin Ia sampaikan kepada jemaat, dan berdiri menyempaikan kebenaran Tuhan tersebut kepada jemaat-Nya.
Setidaknya hal yang menarik ketika saya membaca slide2 yang saya pelajari adalah "Every sermon is not the word of God, but every sermon is the possibility of the word of God".. Ya, sesulit-sulitnya kita memahami khotbah dari pendeta kita, paling tidak di dalamnya terdapat possibility of the word of God. Hal ini menolong kita untuk tidak dengan mudah menilai apa yang diberitakan di atas mimbar.
Kesimpulannya bagi kita, persiapkan dirimu dengan baik ketika kamu diberi kesempatan untuk memberitakan Firman. Baca alkitabmu dengan baik, selidiki, dengarkan suara-Nya berbicara kepadamu lewat Firman yang kamu gali. Listen to the word, and listen to the world. Bangunlah jembatan bagi para pendengar sehingga mereka mengerti Firman yang tertulis ribuan tahun yang lalu ini menjadi nyata dalam kehidupan mereka di masa kini. Eksposisikan kebenaranya, temukan mutiara dan permata dari firman Tuhan dan tunjukkanlah keindahannya.
Hal yang lain yang perlu didoakan adalah bagaimana Firman itu bisa diaplikasikan dalam hidup sehari-hari. Kita bergantung pada Roh Kudus untuk menyatakan kehendak Allah lewat Firman, menolong kita untuk menyampaikannya kepada umat-Nya dan menolong baik kita maupun jemaat untuk menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Amin.
Selamat memberitakan Firman,
Fona
Berapa sering kita mendengar khotbah dalam seminggu? Minimal satu kali, ketika kita ke gereja bukan? Betapa seringnya kita menganggap biasa khotbah di gereja dan menganggapnya hanya sebagai sebuah informasi atau pengetahuan. Melalui tulisan ini saya mencoba melihat kembali betapa pentingnya arti sebuah khotbah, dan betapa pentingnya seorang pengkhotbah mempersiapkan dirinya memberitakan Firman Tuhan.
Yang pertama yang aku pelajari tentang Homelitics (ilmu tentang Khotbah) hari ini adalah bahwa khotbah yang baik adalah Biblical Preaching. Artinya khotbah tersebut menjelaskan dan menerapkan apa yang ada dalam Alkitab. Khotbah yang berdasar pada alkitablah yang kita sebut sebagai khotbah yang sejati (II Tim 4:2; Neh 8:8).
Pemberitaan Firman Tuhan yang sejati selalu berangkat dari kebenaran Alkitab, mengeksposisikan kebenaran yang ada di dalam Alkitab. John Stott mengatakan bahwa pemberitaan Firman secara ekspositori adalah pemberitaan Firman yang sejati, dimana pemberitaannya akan mengacu pada isi dari Firman yang diberitakan lebih daripada hanya sekedar style-nya.
Refleksiku tentang pernyataan di atas adalah, begitu sering Firman yang diberitakan di atas mimbar gereja tidak secara jelas mengeksposisikan tentang kebenaran yang ada di dalam teks Firman Tuhan. Terlebih lagi jika berbicara bahwa seorang pengkhotbah adalah seseorang yang membawakan berita "Firman Allah" bagi jemaat. Maka seharusnya kita berpikir bahwa seorang pengkhotbah tidak memberitakan apa yang ia pikirkan tentang teks, tetapi mencari apa yang Tuhan ingin bicarakan dengan jemaat-Nya.
Mengeksposisikan Firman Tuhan artinya membawa keluar apa yang ada di dalam teks Alkitab dan mengeksposenya supaya orang lain bisa melihat kebenarannya. Tentunya eksposisi Firman Tuhan bukanlah berbentuk essay tentang agama, atau paper tentang exegetical atau sebuah commentary dari teks.
1. Allah telah Berbicara
Dalam khotbah, pengkhotbah memberi kesaksian tentang apa yang Allah telah nyatakan tentang Diri-Nya. Berkhotbah adalah sebuah eksposisi dari apa yang Allah katakan dan lakukan.
Ada tiga bentuk penting berkaitan dengan khotbah:
1. Yesus Kristus: Firman yang dinyatakan dan menjadi daging
2. Alkitab : Firman yang ditulis
3. Preaching : Firman yang diberitakan
Kata Khotbah (bahasa Inggris : "preach") berasal dari bahasa Yunani "kerusso"- artinya : proclaim, herald. Juga "kerygma"-that which is preached; the gospel. Pemberitaan Firman adalah tugas, kita berbicara dari Allah dan untuk Allah (II Tim 4:2).
Thomson dalam A Listener's Guide to Preaching menyatakan :
"Sermon-it is the Word of God (Jesus Christ) who has been revealed in the pages of the written Word (the Bible) coming to the hearing of the people by the proclamation of the Word." John 1:14; 2 Cor 4:5
Tujuan central dari berkhotbah adalah mengungkapkan tentang Allah melalui Firman. Paul S. Wilson dalam the Practice of Preaching mengatakan : "Preaching is an event of encounter with God that leaves the congregation with stronger faith and deeper commitment to doing God's work"
Berkhotbah bukan hanya sekedar "kata-kata". Khotbah adalah sebuah peristiwa. Kata "word" dalam bahasa Ibrani dabar menyatakan tentang God's word as action, Is 55:11. Khotbah adalah salah satu media di mana Allah bekerja, sebuah jalan di mana Ia melakukan pekerjaan keselamatan (redemptive acitivity).
3. Roh Allah yang memberi iluminasi
Firman dan Roh bekerja secara bersama-sama. Yoh 17:17--"your word is truth". I John 5:6b "The Spirit is the truth".
Dalam I Tes 1:4, juga dinyatakan bahwa Injil diberitakan bukan hanya melalui kata-kata saja tetapi dengan kekuatan Roh Allah. The medium is the message (Mc Luhan)
4. Khotbah adalah kebenaran yang termediasi melalui personality (Philips Brooks).
Pesan yang disampaikan dan pemberitaannya adalah hal yang tidak bisa dipisahkan. Pengkhotbah merepresentasikan Kristus dan berbicara dengan otoritas Kristus kepada jemaat-Nya.
5. Preaching as an oral event
"Every sermon is not the word of God, but every sermon is the possibility of the word of God"
Berkhotbah adalah kombinasi dari eksposisi, kesaksian, penghiburan/penguatan, pengajaran,--- tidak bisa di kurangi setiap bagiannya atau ditotal dari setiap kombinasi jumlah setiap bagiannya.
My Reflection:
Melihat tugas seorang pengkhotbah sebagai Messanger of God atau Ambassador of God, menyadari betapa pentingnya tugas seorang pembawa Firman. Bukan hanya penting persiapan pribadinya secara pengetahuan tentang Firman, tetapi juga persiapan kehidupannya secara menyeluruh sebagai kesaksian terhadap Firman itu sendiri.
Pertanyaan yang muncul dalam pemikiran adalah jika demikian tugas seorang pengkhotbah, lalu apakah yang diberitakan tiap minggunya di atas mimbar adalah Firman Allah? Apakah hidup sang pemberita Firman itu sendiri sesuai dengan Firman yang diberitakannya? Apakah sang pemberita Firman sungguh-sungguh mendengar apa yang menjadi isi hati Allah dan menyampaikannya kepada jemaat? Ataukah apa yang disampaikannya hanyalah uraian theologis berdasarkan pengetahuan manusia saja?
Jika mengingat apa yang dikatakan Pemazmur bahwa "Firman-Mu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku", seharusnya Firman Tuhan menjadi sentral dari aktivitas gereja. Firman Tuhan menjadi sentral atas setiap keputusan yang diambil gereja, juga terhadap arah dan kehidupan jemaat sebagai umat Tuhan di tengah dunia.
Melalui tulisan ini, semoga sang pembaca menjadi lebih tersadar betapa pentingnya menyampaikan Firman Tuhan kepada jemaat khususnya melalui khotbah. Bagi pemberita Firman, kita diingatkan betapa pentingnya mempersiapkan Firman Tuhan, mendengar suara-Nya di dalam Firman, mencari kehendak-Nya yang ingin Ia sampaikan kepada jemaat, dan berdiri menyempaikan kebenaran Tuhan tersebut kepada jemaat-Nya.
Setidaknya hal yang menarik ketika saya membaca slide2 yang saya pelajari adalah "Every sermon is not the word of God, but every sermon is the possibility of the word of God".. Ya, sesulit-sulitnya kita memahami khotbah dari pendeta kita, paling tidak di dalamnya terdapat possibility of the word of God. Hal ini menolong kita untuk tidak dengan mudah menilai apa yang diberitakan di atas mimbar.
Kesimpulannya bagi kita, persiapkan dirimu dengan baik ketika kamu diberi kesempatan untuk memberitakan Firman. Baca alkitabmu dengan baik, selidiki, dengarkan suara-Nya berbicara kepadamu lewat Firman yang kamu gali. Listen to the word, and listen to the world. Bangunlah jembatan bagi para pendengar sehingga mereka mengerti Firman yang tertulis ribuan tahun yang lalu ini menjadi nyata dalam kehidupan mereka di masa kini. Eksposisikan kebenaranya, temukan mutiara dan permata dari firman Tuhan dan tunjukkanlah keindahannya.
Hal yang lain yang perlu didoakan adalah bagaimana Firman itu bisa diaplikasikan dalam hidup sehari-hari. Kita bergantung pada Roh Kudus untuk menyatakan kehendak Allah lewat Firman, menolong kita untuk menyampaikannya kepada umat-Nya dan menolong baik kita maupun jemaat untuk menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Amin.
Selamat memberitakan Firman,
Fona