woman leadership 1

Seorang teman pernah berkata, "wanita bisa memimpin, ketika sudah tidak ada pria lagi yang bisa memimpin..".. ups, kata-kata itu masih terbayang dalam ingatanku. muncul sebuah pertanyaan "mungkinkah wanita memimpin?"

hehehe, pasti para wanita yang membaca tulisan ini agak protes dan berpikir "pasti bisa, sudah ada bukti-buktinya"..


aku pernah dengar tentang Margareth Thacher sang wanita besi PM Inggris itu waktu memimpin sebenarnya ia menggunakan prinsip-prinsip dasar dalam mengatur rumah tangga (?).. hmmm, memang kepemimpinan pria dan wanita itu beda ya.:)


Siapa yang lebih memenuhi syarat dalam kepemimpinan ? (pertanyaan ini diajukan oleh Oswald Sanders dalam buku spritual leadershipnya).setidknya ada beberapa kwalifikasi dalam kepemimpinan yang diajukannya : kwalifikasi sosial (nama baik, teladan, dll), moral-spritual, mental, kepribadian, rumah tangga (keluarga), kedewasaan.

karena itu Oswald Sanders mendefinisikan kepemimpinan adalah pengaruh, yaitu kemampuan seseorang untuk mempengaruhi orang lain.


kalau bercermin pada kualifikasi itu, mungkin terasa waduh gw gak masuk kategori itu kali ya?

saya pernah mengalaminya, bahkan sering mengalaminya.. karena sebenarnya saya nggak terlalu pd untuk memimpin. namun entah kenapa, dan saya sering bertanya kenapa ya? saya ngerasa gak layak, tetapi tugas itu tetap ada di depan mata..pergumulan itu sering berkecamuk scr internal.


memimpin itu gak enak :)

it takes so much from us :), even my time, my privacy, almost my everything :)

itu memimpin dalam konteksku.. bagaimana dengan konteksmu?

tell me about your story, and I will tell my story, so we can share each other..


Woman Spritual Leadership

Mengapa engkau mau untuk menjadi pemimpin?
Menjadi pemimpin bukan hal yang mudah. ada banyak hambatan dan tantangan di depan. orang yang paling menderita adalah seorang pemimpin, baik ketika dia memimpin sebuah keluarga, kelompok, organisasi dari skala besar hingga skala kecil.

pemimpin secara otomatis akan mengemban tanggung jawab yang lebih besar. jika salah jalan, gagal, maka resiko harus ditanggungnya, lebih dulu daripada orang-orang yang mengikutinya. kenapa bisa begitu? karena meskipun keputusan adalah keputusan bersama, namun pemimpin biasanya akan menjalankan eksekusinya. nah di saat eksekusi itulah tanggung jawab itu sudah ada dipundaknya.

karena tanggung jawab yang besar inilah, seorang pemimpin menjadi seorang yang memegang peran kunci. moralitasnya, etikanya, spritualitasnya akan mempengaruhi cara ia memimpin.
beberapa hal yang setidaknya ia miliki adalah kecakapan dalam mengambil keputusan. pemimpin yang ragu-ragu akan mengalami kesulitan dalam memimpin. pemimpin yang lambat bergerak akan membuat 'gerah' orang-orang yang dipimpinnya. pemimpin yang tidak dapat membuat keputusan akan membuat orang-orang yang mengikutinya tercerai berai, dan jalan ditempat, frustrasi.

Kembali ke pertanyaan awal : "mengapa engkau mau menjadi pemimpin?" seberapa besar kepercayaan dirimu mengatakan bahwa engkau sanggup memimpin? engkau mungkin sudah terbiasa memimpin dirimu sendiri. tetapi masalahnya bertambah ketika engkau juga membawa orang lain yang engkau pimpin. itu menyangkut hajat hidup orang banyak.

entah kenapa, dalam perjalanan hidupku, aku sering berada di posisi ini. padahal aku sangat enggan jika tidak karena diminta. mulai smp sebagai wakil pimpinan regu di pramuka, beranjak menjadi ketua sebuah organisasi siswa waktu SMA, juga ketika kuliah pernah mencicipi menjadi ketua organisasi yang terdiri dari beberapa mahasiswa kristen yang sederhana. dan sekarang menjadi pimpinan cabang sebuah organisasi Kristen di Jogja.

bagiku, semua itu memberi pengalaman sederhana : menjadi pemimpin. meskipun hanya sederhana, meskipun hanya memimpin beberapa orang hingga puluhan orang. namun itulah tugas pemimpin. menggerakkan roda pelayanan sehingga organisasi itu berjalan menuju arah yang ingin dituju.

apakah saya sudah berhasil? belum. dan masih merasa sering gagal. dan apakah saya akan berhenti menjadi pemimpin. saya belum tahu. ketakutan saya adalah bahwa selalu ada tugas baru yang harus diselesaikan ketika satu tugas berakhir. sebenarnya saya seorang pemimpin yang punya banyak ketakutan. itulah sebabnya saya heran, kenapa Tuhan memakai saya yang penuh kelemahan dan ketakutan ini untuk memimpin. dalam benak saya hanya satu hal jika saya memikir tentang kenapa saya yang dipilih? "mungkin Tuhan ingin menunjukkan bahwa sebenarnya yang memimpin adalah DIA, dan manusia hanyalah alat-Nya. Ia tahu betul manusia yang dipilihnya sangat rapuh dan penuh kelemahan."

Ada yang mengganjal juga ketika dipilih memimpin. anda tahu kenapa? saya merasa saya tidak layak karena saya seorang wanita. entah kenapa mereka memilih seorang wanita? memang anugerah terbesar untuk para wanita di zaman sekarang adalah ketika ia disejajarkan dengan pria, termasuk dalam posisi untuk memimpin. banyak juga wanita yang menjadi pemimpin yang baik.
ada satu keberatan dari seorang rekan ketika saya dipilih. keberatan itu tidak secara langsung ia ungkapkan, tetapi inti baginya adalah bahwa ketika tidak ada pria yang sanggup lagi memimpin, baru kepemimpinan wanita dibutuhkan.

wow.. saya merasa agak gelisah mendengarnya. artinya "wanita sebenarnya the second choice kan? Jika tidak ada lagi pria yang sanggup memimpin"

saya melewati masa-masa yang krusial selama 3,5 tahun ini. bahkan track record kepemimpinan saya kurang baik. saya menghadapi bekas luka perselisihan. menghadapi keminderan dalam diri internal saya. merasa kurang dipercayai dan merasa ditinggalkan pada masa-masa awal saya menjalankan tugas saya. dan bayang-bayang kata "seorang wanita tidak dapat memimpin" menjadi hal yang membayangi langkah-langkah saya. saya seorang wanita, masih muda lagi...

tetapi saya terus maju. bukan karena terpaksa, tetapi memang harus terus maju melewati semua respon apapun yang muncul. dan ternyata akhirnya saya melewatinya!

saya akan menulis tulisan ini dengan guide line dari "Spritual leadership-nya" Oswald Sanders
tetapi dari sudut padang saya.

Ambisi

ambisi sebenarnya adalah salah satu bahan bakar pendorong dalam kepemimpinan. tetapi bahan bakar ini sangat berbahaya. kenapa? karena ia bisa saja sangat ekplosif dan mendorong kita secara membabi buta ke arah yang salah. tetapi dalam kendali yang baik, ambisi bisa digunakan untuk mendorong kita pada jalan yang tepat mencapai tujuan. setidaknya ia memotivasi kita untuk maju dan tidak berhenti mencapai apa yang kita harapkan.

menurut Oswald Sanders ambisi berasal dari kata latin yang berarti mengadakan usaha untuk memajukan diri. menurut saya, seorang pemimpin adalah seorang yang memiliki ambisi, namun dapat mengendalikannya dengan baik dan menempatkannya dengan tepat.

























Postingan populer dari blog ini

Mempersiapkan dan Menyusun Khotbah/Renungan

Jalan Keselamatan

Doa Agur Amsal 30:7-9