Mengapa kamu takut?


Ia ada di perahumu”

Sepanjang hari itu Ia mengajar kepada murid-murid dan banyak orang. Perumpamaan penabur, pelita, benih yang tumbuh, biji sesawi. Pengajaran-Nya amat menakjubkan. Ia mengajar di atas perahu dan orang banyak mendengarkan di tepi pantai.
Hari mulai senja, malampun perlahan datang. Yesus mengajak murid-murid-Nya menyeberang danau. Murid-murid segera naik ke perahu meninggalkan kerumunan orang banyak. Ada beberapa perahu di situ. Perahu yang digunakan Yesus untuk mengajar, dan beberapa perahu kecil lainnya. Perlahan beberapa perahu kecil itupun meninggalkan pantai dan orang banyak di sana.
Hari itu sangat melelahkan. Terik panas matahari cukup menyengat di siang hari. Kerumunan orang banyak yang mencari Yesus sepanjang hari itu mendengarkan pengajaran-Nya. Mendengar pengajaran-Nya berjam-jam juga melelahkan bagi mereka.
Di malam penyebrangan danau itu, Yesus tidur di sebuah tilam di buritan perahu. Di tengah danau, tidak ada orang banyak yang berdesakan mencari-Nya, atau orang-orang sakit yang berteriak meminta kesembuhan, juga orang-orang yang ingin bertemu khusus dengan-Nya. Di atas perahu, di tengah danau, Ia tidur . Di tengah gelombang laut yang kian lama kian membesar dan angin laut yang makin lama makin kencang, Ia tetap tidur.
Angin yang bertiup itu berubah menjadi sebuah badai yang dahsyat. Malam semakin kelam dan teramat gelap. Perahu-perahu itu terjebak dalam taufan yang sangat dahsyat. Ombak yang besar bergulung menghempas perahu. Air laut menyembur masuk dalam perahu yang diombang ambing badai. Air laut masuk dan mulai memenuhi perahu. Murid-murid panik dan ketakutan. Taufan yang ada di sekeliling mereka kali ini amat mengerikan.
Bagaimana tidak panik menghadapi badai? Angin taufan itu sangat kencang kecepatannya dengan gemuruh suaranya. Perahu-perahu kecil itu tidak akan bertahan lama. Mereka bisa saja terhempas gelombang yang amat sangat besar yang dengan cepat menenggelamkan dan membinasakan mereka. Mereka panik. Mereka akan binasa.
Yesus ada di perahu itu, tapi di mana Dia? Pada waktu itu Yesus sedang tidur di buritan di sebuah tilam. Mereka membangunkan-Nya, "Guru, Engkau tidak perduli kalau kita binasa?". kami panik, kami takut, kami tidak sanggup menghadapi badai dan ombak besar itu. Sebentar lagi kita akan mati karena taufan itu. Kita akan binasa. Tetapi kenapa Engkau seakan tidak peduli? Apakah Engkau tidak peduli bahwa kita akan mati karena ini?
Murid-murid emosi di tengah krisis itu. Mereka tidak siap dengan krisis besar yang tiba-tiba muncul di tengah perjalanan. Mereka baru saja kelelahan. Tiba-tiba semua itu terjadi. Dalam kepanikan itu mereka bertanya “Tidakkah Engkau peduli....?” Dalam kondisi hidup yang terancam, pertanyaan ini kerap kali muncul ke permukaan.
Yesus bangun dan menghardik angin taufan itu. “Tenang, diamlah!”. Badai taufan itu berhenti seketika dan ada ketenangan yang luar biasa. Begitu tenangnya. Badai itu telah lenyap. Menyisakan bekas kehadirannya yang baru saja menerpa perahu-perahu itu.
Di tengah ketenangan itu suara-Nya jelas terdengar “Mengapa engkau begitu takut? Tidakkah engkau memiliki iman?”. Ya, mengapa aku begitu takut? Mengapa kami begitu takut? Apakah kami tidak memiliki iman? Apakah kematian, kebinasaan itu membuatku takut?
Murid-murid kali ini menjadi sangat gentar. Bukan lagi kepada badai, tetapi takut pada-Nya. “Siapakah gerangan Dia yang melakukan semua ini, bahkan angin dan laut tunduk pada perintah-Nya!”. Sebelumnya mereka hanya mengenal-Nya sebagai seorang Guru, yang membebaskan orang dari roh-roh jahat, penyembuh orang sakit, sang kontroversialis. Kali ini mereka sendiri mengalami Ia sebagai pribadi yang sanggup menenangkan badai dahsyat.
Pengajaran tentang penabur, pelita, benih yang tumbuh, biji sesawi boleh saja sudah selesai murid-murid dengarkan. Tetapi pelajaran itu belum usai. Saatnya mereka mengalami sendiri pelajaran selanjutnya: ujian badai hidup yang tiba-tiba. Mereka bukan lagi hanya menjadi pendengar apa yang Ia ajarkan. Mereka mengalami Dia, itulah pengajaran yang paling berharga. Belajar untuk tenang, diam, tidak takut, belajar beriman percaya, di tengah kondisi yang porak poranda karena badai. Yesus memegang kendali. Ia ada di tengah krisis yang tiba-tiba muncul dalam hidup.
Mungkin kita merasa panik dan bertanya “Tuhan, tidakkah Engkau peduli dengan kondisi ini?”. Serahkanlah kekuatiranmu kepada Allah yang memelihara kamu. Ia peduli. Ia mengerti. Meskipun ketika tampaknya Ia sedang 'tidur'. Dalam tinggal tenang dan percaya pada-Nya disitulah terletak kekuatanmu. Berdoalah pada-Nya. Tuhan tidak tidur. Ia ada di perahumu.

    Refleksi:
  • Apa yang membuat berat bagi kita percaya pada Allah dalam menghadapi krisis yang tiba-tiba muncul dalam hidup?
  • Seberapa besar Allahmu? Cukup besarkah untuk mengendalikan krisis yang tiba-tiba dalam hidupmu? Ketakutan apa yang ingin kamu bawa pada-Nya untuk dikendalikan?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mempersiapkan dan Menyusun Khotbah/Renungan

Doa Agur Amsal 30:7-9

Jalan Keselamatan